Lebih baik berteman tapi berasa pacaran, daripada pacaran
rasanya temenan.
Pernah aku
melihat kiasan seperti itu di sebuah status milik teman mayaku. Seketika aku
teringat akan diriku. Akan apa yang kujalani sekarang. Tak ada yang salah
dengan keadaan –dan aku yakin hanyalah pecundang yang selalu menyalahkan
keadaan– mungkin ini adalah buah dari kelakuanku selama ini. Kadang aku sendiri
bingung dengan kesalahan apa yang kuperbuat padamu? Sehingga aku menerima semua
ini.
Salahkah aku yang ingin membuatmu
cemburu? Hal yang sederhana hanya untuk membuktikan seberapa jauh kau
menyayangiku. Bukan berarti aku tak
percaya dengan perasaanmu, hanya saja aku ingin melihatmu memasang air muka
cemburu padaku. Lucu. Tapi mungkin kau salah mengartikan itu semua. Kau pikir
aku benar-benar mencintainya? Tidak. hanya berpura-pura.
Aku tidak mengerti mengapa kau
mendiamkan aku. Karena kesibukanmu? Kurasa alasan seperti itu TIDAK PANTAS
diucapkan oleh orang yang benar-benar-menyayangiku-tulus. Jangan salahkan aku
bila aku selalu berpikiran negatif terhadapmu. Kurasa kau perlu bertanya pada
dirimu sendiri.
Dan sekarang semua berubah. Perasaan
pura-pura itu, kini berubah menjadi diam-diam. Maaf. Entah mimpi apa aku
semalam, tapi yang jelas perasaan ini SANGATLAH SULIT diartikan. Dia yang
hanyalah temanku, tapi terkadang-diluar-sadarku-aku-menganggapnya-lebih. Sementara
kau? Kekasihku. Terkadang aku merasa kita hanyalah teman, ya, teman. Bahkan teman
yang belum sempat untuk berkenalan.
Bukannya aku berhenti
mencintaimu. Aku hanya berhenti menunjukkan perasaan bahwa
aku-benar-benar-benar-tulus-menyayangi-dan-mencintaimu-apa-adanya. Aku takut,
karena aku terlalu mencintaimu, menjadikanmu meremehkan kasih tulusku.
Aku tak tahu tentang kelanjutan
cerita cinta ini. Mungkin kita perlu MENGULANG DARI AWAL dan mengurangi kadar
keegoisan masing-masing. Atau, BERHENTI DI HATI YANG BERBEDA.
Thanks for all :) ~NabillaYashinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar