1. APD (alat
pelindung diri ) :
·
Masker
·
Lateks
·
Kacamata
2. Penilaian keadaan
:
·
Sebelum melakukan pertolongan, harus melihat keadaan sekitar
korban. Jika ada kerumunan orang, hendaknya disuruh menyingkir terlebih dahulu.
3. Penilaian dini :
·
A = awas (pastikan
sekitar korban tidak ada kerumunan orang)
·
S = suara (coba
panggil-panggil korban) jika tidak sadar juga,
·
N = nyeri (beri
sedikit nyeri dibagian siku/rusuk)
·
T = tidak ada respon
(korban tidak sadarkan diri)
4. Memastikan jalan
napas (buka jalan napas) :
Pastikan korban
masih bernapas/tidak
·
A = angkat
·
D = dagu
·
T = tekan
·
D = dahi
5. Menilai
pernapasan :
Pastikan jalan
napas terbuka.
·
L = Lihat
·
D = dengar
·
R = rasakan
Selama 3 – 5
detik.
6. Menilai denyut
nadi :
·
Denyut nadi terasa terdapat pada pergelangan tangan, siku, dan
leher.
7. Pemeriksaan fisik
:
·
Kepala bagian belakang =
terjadi fraktur/tidak
·
Kepala bagian atas =
terjadi fraktur/tidak
·
Tulang dahi =
terjadi fraktur/tidak
·
Tulang hidung =
terjadi fraktur/tidak
·
Tulang pipi =
terjadi fraktur/tidak
·
Rahang atas =
terjadi fraktur/tidak
·
Rahang bawah =
terjadi fraktur/tidak
·
Mata kiri kanan =
simetris/tidak
·
Telinga kiri kanan =
mengeluarkan cairan/tidak
·
Hidung =
mengeluarkan cairan/tidak
·
Mulut =
terdapat benda asing/tidak
·
Tulang leher =
terjadi fraktur/tidak
·
Trafikula =
terjadi fraktur/tidak
·
Dada =
terjadi fraktur/tidak
·
Rusuk =
terjadi fraktur/tidak
·
Perut kanan atas, kanan bawah, kiri atas, kiri bawah. =
Mengeras/tidak
·
Tulang Panggul =
terjadi fraktur/tidak
Alat gerak bagian
bawah :
·
Tungkai atas = terjadi fraktur/tidak
·
Sendi tempurung =
terjadi dislokasi/tidak
·
Tungkai bawah =
terjadi fraktur/tidak
·
Pergelangan kaki (nadi) =terjadi
dislokasi/tidak
·
Telapak kaki (rangsangan) =
terjadi fraktur/tidak
·
Jari kaki (kapiler) =
terjadi fraktur/tidak
·
GSS (gerakan sirkulasi dan sensasi) = normal/tidak
Alat gerak bagian
atas :
·
Lengan kiri atas =
terjadi fraktur/tidak
·
Sendi siku =
terjadi dislokasi/tidak
·
Lengan kiri bawah =
terjadi fraktur/tidak
·
Nadi
·
Rangsangan
·
Kapiler
·
GSS (gerakan sensasi dan sirkulasi) = normal/tidak
8. Luka :
Luka
adalah hilang atau pun rusaknya sebagian dari jaringan tubuh. Keadaan luka ini
banyak faktor penyebabnya. Diantara penyebab dari luka adalah dapat
trauma benda tajam atau tumpul, ledakan, zat kimia, perubahan suhu, sengatan
listrik, atau pun gigitan hewan.
o
Luka Insisi (Incised Wound), terjadi
karena teriris oleh instrument yang tajam. Contohnya adalah luka yang terjadi
akibat dari proses pembedahan pembedahan. = di jahit
o
Luka Memar (Contusion Wound), terjadi
akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada
jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. = dikompres air dingin
o
Luka Lecet (Abraded Wound), terjadi
akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak
tajam. = diberi obat merah tanpa di perban
o
Luka Tusuk (Punctured Wound), terjadi
akibat adanya benda, seperti pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter
yang kecil.
o
Luka Gores (Lacerated Wound), terjadi
akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat. = plester kupu-kupu
o
Luka Tembus (Penetrating Wound), yaitu
luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya
kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. = di lilit mitela/kasa
gulung
o
Luka Bakar (Combustio), yaitu luka
akibat terkena suhu panas seperti api, matahari, listrik, maupun bahan kimia. =
diguyur air
o
Luka sobek, yaitu luka yang kulitnya
sudah terkelupas, tetapi masih menempel.
Cara penanganan =
o
Luka robek, yaitu luka yang kulitnya
terkelupas, tetapi kulitnya tidak ada (mengelupas semua) cara penanganan =
Beberapa dampak luka yang kemungkinan bisa terjadi yaitu :
a) Hilangnya sebagian atau bahkan seluruh fungsi
organ yang terkena luka.
b) Perdarahan dan juga pembekuan darah pada tubuh
kita.
c) Timbulnya respon stres simpatis.
d) Kemungkinan terjadinya kontaminasi dari
bakteri.
e) Bisa terjadi kematian dari sel.
9. Patah tulang :
Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu:
·
Patah tulang terbuka
·
Patah tulang tertutup
Yang
membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang
terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat
bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka
maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi
tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.
10. Syok :
Syok merupakan keadaan gawat yang
membutuhkan terapi yang agresif dan pemantauan yang continue/terus menerus di
unit tetapi intensif.
Penyebab syok :
·
Syok dapat disebabkan oleh kegagalan
jantung dalam memompa darah (serangan jantung/ gagal jantung), pelebaran
pembuluh daran yang abnormal (reaksi anergi dan infeksi) dan kehilangan volume
darah dalam jumlah besar (perdarahan hebat)
Penanganan syok :
·
Melihat keadaan sekitar (baik untuk
penolong maupun yang ditolong)
·
Buka jalan napas, dan pertahankan
kepatenan jalan napas.
·
Periksa nadi dan cegah perdarahan
berlanjut
·
Lakukan peninggian tungkai sekitar 20
– 30 cm.
11. Pembidaian :
Penanganan patah tulang yang paling
utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan
dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung
tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar
bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang
patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
Beberapa macam jenis
bidai:
1. Bidai keras
Umumnya terbuat
dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan.
Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan
darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di
lapangan. Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi
Bidai bentuk jadi
dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga
yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh:
bidai traksi tulang paha.
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat
dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat
tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si
penolong. Contoh: majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat
dan bebat.
Pembidaian dengan
menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan
tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah
cedera. Contoh: gendongan lengan.
Pedoman umum
pembidaian
Membidai dengan
bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum sebagai
berikut:
a. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan
kepada penderita.
b. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang
cedera dan rawat perdarahan bila ada.
c. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah
sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di bagian
distalnya.
d. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada
bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.
e. Siapkan alat-alat selengkapnya.
f.
Jangan berupaya merubah posisi bagian
yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan.
g. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang
patah.
h. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang
yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita
yang sehat.
i.
Bila cedera terjadi pada sendi, bidai
kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi
distalnya.
j.
Lapisi bidai dengan bahan yang lunak,
bila memungkinkan.
k. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan
bidai dengan bahan pelapis.
l.
Ikatan jangan terlalu keras dan jangan
longgar.
m. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari
sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
n. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan
pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
o. Jangan membidai berlebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar