Jumat, 06 Juni 2014

Pertolongan Pertama Dasar (Madya)



1.      APD (alat pelindung diri ) :
·         Masker
·         Lateks
·         Kacamata
2.      Penilaian keadaan :
·         Sebelum melakukan pertolongan, harus melihat keadaan sekitar korban. Jika ada kerumunan orang, hendaknya disuruh menyingkir terlebih dahulu.
3.      Penilaian dini :
·         A          = awas (pastikan sekitar korban tidak ada kerumunan orang)
·         S          = suara (coba panggil-panggil korban) jika tidak sadar juga,
·         N          = nyeri (beri sedikit nyeri dibagian siku/rusuk)
·         T          = tidak ada respon (korban tidak sadarkan diri)

4.      Memastikan jalan napas (buka jalan napas) :
Pastikan korban masih bernapas/tidak
·         A          = angkat
·         D          = dagu
·         T          = tekan
·         D          = dahi
5.      Menilai pernapasan :
Pastikan jalan napas terbuka.
·         L          = Lihat
·         D          = dengar
·         R          = rasakan
Selama 3 – 5 detik.
6.      Menilai denyut nadi :
·         Denyut nadi terasa terdapat pada pergelangan tangan, siku, dan leher.
7.      Pemeriksaan fisik :
·         Kepala bagian belakang                                 = terjadi fraktur/tidak
·         Kepala bagian atas                                         = terjadi fraktur/tidak
·         Tulang dahi                                                     = terjadi fraktur/tidak
·         Tulang hidung                                                 = terjadi fraktur/tidak
·         Tulang pipi                                                      = terjadi fraktur/tidak
·         Rahang atas                                                    = terjadi fraktur/tidak
·         Rahang bawah                                                = terjadi fraktur/tidak
·         Mata kiri kanan                                              = simetris/tidak
·         Telinga kiri kanan                                           = mengeluarkan cairan/tidak
·         Hidung                                                             = mengeluarkan cairan/tidak
·         Mulut                                                              = terdapat benda asing/tidak
·         Tulang leher                                                    = terjadi fraktur/tidak
·         Trafikula                                                          = terjadi fraktur/tidak
·         Dada                                                                = terjadi fraktur/tidak
·         Rusuk                                                               = terjadi fraktur/tidak
·         Perut kanan atas, kanan bawah, kiri atas, kiri bawah. = Mengeras/tidak
·         Tulang Panggul                                               = terjadi fraktur/tidak
Alat gerak bagian bawah :
·         Tungkai atas                                                    = terjadi fraktur/tidak
·         Sendi tempurung                                            = terjadi dislokasi/tidak
·         Tungkai bawah                                                = terjadi fraktur/tidak
·         Pergelangan kaki (nadi)                                  =terjadi dislokasi/tidak
·         Telapak kaki (rangsangan)                             = terjadi fraktur/tidak
·         Jari kaki (kapiler)                                            = terjadi fraktur/tidak
·         GSS (gerakan sirkulasi dan sensasi)                = normal/tidak
Alat gerak bagian atas :
·         Lengan kiri atas                                              = terjadi fraktur/tidak
·         Sendi siku                                                        = terjadi dislokasi/tidak
·         Lengan kiri bawah                                          = terjadi fraktur/tidak
·         Nadi
·         Rangsangan
·         Kapiler
·         GSS (gerakan sensasi dan sirkulasi)                = normal/tidak
8.      Luka :
Luka adalah hilang atau pun rusaknya sebagian dari jaringan tubuh. Keadaan luka ini banyak faktor penyebabnya. Diantara penyebab dari luka adalah dapat trauma benda tajam atau tumpul, ledakan, zat kimia, perubahan suhu, sengatan listrik, atau pun gigitan hewan.
o   Luka Insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Contohnya adalah luka yang terjadi akibat dari proses pembedahan pembedahan. = di jahit
o   Luka Memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. = dikompres air dingin
o   Luka Lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. = diberi obat merah tanpa di perban
o   Luka Tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter yang kecil.
o   Luka Gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat. = plester kupu-kupu
o   Luka Tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. = di lilit mitela/kasa gulung
o   Luka Bakar (Combustio), yaitu luka akibat terkena suhu panas seperti api, matahari, listrik, maupun bahan kimia. = diguyur air
o   Luka sobek, yaitu luka yang kulitnya sudah terkelupas, tetapi masih menempel.
Cara penanganan =
o   Luka robek, yaitu luka yang kulitnya terkelupas, tetapi kulitnya tidak ada (mengelupas semua) cara penanganan =

Beberapa dampak luka yang kemungkinan bisa terjadi yaitu :
a)      Hilangnya sebagian atau bahkan seluruh fungsi organ yang terkena luka.
b)      Perdarahan dan juga pembekuan darah pada tubuh kita.
c)      Timbulnya respon stres simpatis.
d)      Kemungkinan terjadinya kontaminasi dari bakteri.
e)      Bisa terjadi kematian dari sel.
9.      Patah tulang :
Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu:
·         Patah tulang terbuka
·         Patah tulang tertutup


Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.
10.  Syok :
Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan terapi yang agresif dan pemantauan yang continue/terus menerus di unit tetapi intensif.
Penyebab syok :
·         Syok dapat disebabkan oleh kegagalan jantung dalam memompa darah (serangan jantung/ gagal jantung), pelebaran pembuluh daran yang abnormal (reaksi anergi dan infeksi) dan kehilangan volume darah dalam jumlah besar (perdarahan hebat)
Penanganan syok :
·         Melihat keadaan sekitar (baik untuk penolong maupun yang ditolong)
·         Buka jalan napas, dan pertahankan kepatenan jalan napas.
·         Periksa nadi dan cegah perdarahan berlanjut
·         Lakukan peninggian tungkai sekitar 20 – 30 cm.

11.  Pembidaian :

Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan pembidaian
1.      Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2.      Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3.      Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4.      Mengurangi rasa nyeri.
5.      Mempercepat penyembuhan
Beberapa macam jenis bidai:
1. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan. Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh: bidai traksi tulang paha.
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong. Contoh: majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh: gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum sebagai berikut:
a.      Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
b.      Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
c.       Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
d.      Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.
e.      Siapkan alat-alat selengkapnya.
f.        Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan.
g.      Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
h.      Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
i.        Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
j.        Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
k.       Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
l.        Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
m.    Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari  tulang yang patah.
n.      Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
o.      Jangan membidai berlebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar